Minangkabau adalah sebuah suku di Nusantara yang menjadikan alam sebagai filosofi dalam kehidupannya. Sebab alam memiliki suatu karakteristik yang dapat dijadikan pedoman atau guru untuk keberlangsungan kehidupan makhluk di bumi ini.
Koleksi foto diambil dari Internet
Sehingga sejak dahulunya nenek moyang suku Minangkabau menjadikan alam sebagai sumber pengetahuan yang menjadi dasar atau aturan dalam kehidupan masyarakat minang. 'Bagubalo' misalnya, dahulu anak-anak mingkabau diberikan sebuah tugas oleh orang tuanya untuk memelihara hewan ternak sambil mengisi kehidupannya sehari-hari disamping sekolah atau belajar.
Mungkin saja leluhur minangkabau terdahulu terinspirasi oleh biografi kehidupan Rasullullah Muhammad SAW, yang konon kabarnya jika kita membaca sejarah dahulunya dalam masa kecilnya beliau juga pernah mengembalakan ternak kambing sambil belajar mengendalikan umat.
Itulah sebabnya antara agama dan adat istiadat di minangkabau selalu saling melengkapi satu dengan yang lain sehingga filosofi "Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah" selalu dijadikan pedoman dan aturan pada kehidupan masyarakat di Minangkabau.
Memang jika diperhatikan antara tugas bagubalo yang diberikan orang tuanya terhadap anaknya dikala itu terlihat seakan-akan menghilangkan hak anak untuk bermain. Padahal sebaliknya bahkan ditempat pengembalaan justru anak saling beradaptasi dan saling mengenal dengan anak lainnya.
Mereka saling belajar kehidupan satu sama lain, saling tolong menolong, kerjasama, atau kalanya belajar kalah dan menang, tidak egois dan saling membangun karakternya masing-masing di alam tersebut, yang pada akhirnya karakter tersebut begitu matang sehingga dapat digunakan dalam menyongsong kehidupannya setelah masa remaja atau dewasa.
Ditempat pegembalaan mereka belajar memberi dan menerima, sehingga tak jarang tempat pengembalaan akan menjadi rumah kedua bagi anak-anak tersebut, mereka terlihat saling bahagia dengan melontarkan gelak tawa sebagai ungkapan perasaan senang dan gembira dengan teman sebayanya.
Dikala mentari beranjak rendah dan disaat petang menjelang, senja akan berganti menjadi sore dan malam, dan setelah ternak mereka kenyang mereka pulang kerumah dengan bangganya, kemudian membersihkan diri dikali dan menyiapkan aktivitas lainnya yaitu pergi mengaji kesurau untuk mendapatkan pendidikan keagamaan.
Begitulah aktivitas anak diminangkabau dikala itu. Secara tidak langsung orang tua minangkabau telah melatih dan mengajar anaknya untuk bertanggung jawab, disiplin dan mengenal kewirausahaan, sebab ternak yang mereka gembalakan tidak sepenuhya milik mereka sendiri tetapi milik pihak ketiga yang kalau beranak nanti baru hasilnya dibagi dua atau diistilahkan dengan 'Pasuduoan'.
Dari hasil jerih payah dalam pengembang biakan ternak tersebut anak-anak gembala akan memiliki aset yang setelah dewasa nanti bisa digunakan sebagai sumber atau modal untuk pendidikan kedepan atau modal untuk kehidupan berumah tangga anak tersebut setelah sampai waktunya.
Sangat unik dan inspiratif memang cara mendidik orang tua masa dahulu dalam mendidik buah hatinya, sehingga anak tumbuh dewasa dengan modal karakter yang mumpuni untuk modal kehidupan tampil di masyarakat. Sehingga tak jarang orang minangkabau dahulu tahan terhadap kehidupan keras karena telah ditempa sejak kecilnya.
Anak minangkabau pantang menyerah sebelum berhasil, sehingga latihan untuk belajar hidup sampai hari ini masih dijadikan sebagai pedoman terlebih bagi perantau minangkabau. Sehingga banyak perantau minangkabau yang sukses dan berhasil dtempat barunya, sebab mereka sudah terbiasa beradaptasi dengan lingkungan dan alam sekitarnya.
0 Response to "'Bagubalo' sebagai Aktivitas Anak di Minangkabau yang Mulai Punah"
Posting Komentar