Orang itu berpesan kepada pensil, “ Pertama, kau akan hebat bila mau dibimbing jangka.
Dengan bimbingan jangka, kau akan mampu membuat lingkaran dan bulatan-bulatan
yang indah. Kau akan bekerja dengan penuh.
Kedua, kau harus rela menderita,
menerima peraut yang tajam. Kau akan tersakiti. Akan tetapi, dengan peraut itu
pula, kau akan lebih sempurna untuk bisa bekerja kembali dengan energi yang
baru.
Orang itu
melanjutkan pesannya, “Ketiga, jangan lupakan karet penghapus. Kau akan mampu
memperbaiki kesalahanmu. Kau akan difasilitasi untuk memperbaiki diri. Keempat, yang penting darimu adalah yang di
dalam. Intimu mampu melukis keindahan, dan menggoreskan kebenaran. Kelima,
tinggal jejak yang baik. Menarilah di atas kertas sehingga meninggalkan
goresan yang indah”
Guru bisa
seperti pensil. Guru semakin hebat kalau bersedia dibimbing. Kesediaan diri
untuk dibimbing itulah sangat penting. Guru memiliki sifat terbuka terhadap
pembaharuan. Guru selalu membuka diri untuk menerima pengetahuan dan
keterampilan baru.
Alangkah bagusnya, kalau guru yang bersangkutan minta
dibimbing baik oleh teman sejawat, guru senior kompetensinya, maupun oleh
instruktur. Kesediaannya untuk dibimbing
tersebut, merupakan motivasi dari dalam untuk lebih progresif.
Guru semakin
hebat bila terbuka terhadap pembaharuan. Guru membuka
diri terhadap paradigma baru terutama dalam pembelajaran. Tidak merasa hebat
walaupun orang lain menyatakan hebat. Tidak pernah merasa hebat, meskipun
muridnya telah menjadi orang-orang hebat.
Guru memiliki kepekaan terhadap
perkembangan baru ilmu pengetahuan dan teknologi. Kehebatannya semakin sempurna
bila mau belajar dan terus belajar, dan suka berdiskusi.
Tak kalah
pentingnya, guru mau mengakui kekurangan dirinya. Banyak cara untuk menutupi kekurangan secara
positif. Membaca merupakan salah satu cara untuk menutupi kekurangan. Dengan
membaca, seorang guru memperoleh berbagai pengetahuan yang diperlukan bagi
peningkatan kompetensinya.
Berkolaborasi
dengan teman-teman guru lainnya juga dapat meningkatkan kompetensinya. Dengan berkolaborasi, guru dapat saling
bertukar pengalaman dalam masalah penyelenggaraan pembelajaran.
Guru dapat
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. Dengan mengarungi dunia maya,
guru juga akan memperoleh tambahan pengetahuan yang diperlukan bagi
penyempurnaan kemampuannya.
Guru akan memperoleh penyegaran dan pengetahuan
yang up to date, dan segar, serta mutakhir. Dengan menjelajahi dunia
maya, guru mampu memutahirkan pengetahuan dan kompetensinya.
Tak lupa
membimbing diri ke arah yang sempurna. Seorang guru diharapkan mampu mengelola diri ke arah pembaharuan
karena guru adalah agen pembaharuan. Dengan pembaharuan yang dilakukan, guru
mampu menimbulkan inspirasi bagi peserta didik dan masyarakat untuk berbuat.
Guru menjadi inspirator bagi perkembangan kehidupan masyarakat sekitarnya.
Dengan demikian, guru mampu menjadikan dirinya sebagai embun dalam kehausan.
Dia mampu menjadi pelita di dalam kegelapan sehingga menerangi jalan dan
langkah kehidupan orang lain.
Seperti
pensil, guru rela menderita. Guru tidak akan selalu menerima pujian dan
sanjungan. Kadang-kadang dia juga menerima celaan dan ketidakpuasan. Guru
bersedia menerima kegagalan, menerima komplain.
Akan tetapi, yang lebih penting
adalah bagaimana guru mampu bangkit dari kegagalan. Kegagalan yang dialami
tidak membuat guru terpuruk, tetapi berusaha untuk bangkit. Guru berusaha terus
mencari format terbaru sehingga meraih kesempurnaan.
Penderitaan yang dialaminya menyebabkan guru semakin kuat dan tegar
menghadapi cobaan dan rintangan. Seperti pensil yang selalu diraut peruncing,
guru lebih peka. Goresannya lebih halus dan bagus. Setelah bangkit, guru mampu
berkarya lebih maksimal, berbuat sesuatu yang bermakna bagi peserta didik.
Seperti
pensil yang memiliki karet penghapus, guru mampu memperbaiki kesalahan. Guru
juga manusia yang tak luput dari kesalahan yang kekhilafan. Guru juga pernah
khilaf dalam menjalankan tugas.
Guru juga pernah salah dalam berinteraksi
dengan orang lain. Guru pernah salah dalam memilih metode, model pembelajaran
sehingga peserta didik susah memahami pembelajaran. Guru juga pernah keliru
dalam memberikan pelayanan kepada peserta didik. Akan tetapi, yang utama adalah
bagaimana guru mampu memperbaiki kesalahannya.
Seperti
pensil, yang penting bagi guru adalah yang di dalam. Ada inti pensil yang
bermanfaat. Tanpa intinya, pensil hanya serpihan kayu yang tak berguna. Guru
juga demikian. Orang memandang guru bukan
kulit luarnya. Bukan kesing, tetapi jiwanya dan semangatnya.
Orang memandang
guru sebagai sosok yangg dapat diteladani, sebagai pelopor dan penggerak. Orang
melihat guru, bagaimana hatinya, kekayaan hatinya, yang terpancar dalam
perbuatannya di sekolah, di rumah, maupun di masyarakat. Karena itu, guru perlu
memelihara jiwa, semangat, dan motivasi, dan kepribadiannya.
Seperti
pensil, guru menarilah, berbuatlah. Tinggalkanlah goresan yang baik dalam hati
dan pikiran peserta didik. Ciptakanlah
lukisan indah sehingga selalu dikenang. Dimana pun guru berada, tinggalkan
jejak yang baik. Di sekolah, di KKG/MGMP, di forum, di masyarakat,
tinggalkanlah jejak yang indah.
Jadilah
guru yang bekerja ikhlas, bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja secara
tuntas! Jadilah seperti kupu-kupu, yang selalu memancarkan keindahan dan
kebaikan hati. Dengan demikian, guru benar-benar dirindukan saat dia tidak ada,
dicintai ketika dia ada, dan dikenang bila telah tiada. Semoga!
0 Response to "Guru, Seperti Sebatang Pensil"
Posting Komentar