Nilai Rapor Tak jadi Perhatian Lagi!, Karena Guru Kurang Sosialisasi atau Orang Tua Sudah Tak Peduli


Bukanlah sebuah harapan baru, bahwa keberhasilan pendidikan seorang anak harus ditopang oleh kerjasama tiga komponen yaitu, Guru, Orang Tua, dan Masyarakat. Jika salah satunya tidak berfungsi dengan baik maka, sudah dipastikan pendidikan anak tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Salah Satu Pertemuan Orang Tua dengan Sekolah (dok Fajar Literasi)

Sedangkan pelabuhan akhir dari proses sebuah pembelajaran adalah apabila dikeluarkanya hasil dari pembelajaran tersebut yang diterima dalam bentuk suatu laporan hasil belajar atau yang lazim selama ini dengan sebutan “rapor”.

Pada kurikulum 13 yang sedang diberlakukan pada saat sekarang ini, ada tiga tahapan penilaian yang paling menonjol yang harus diikuti siswa. Ketiga tahapan tersebut akan mengeluarkan hasil sebagai berikut: nilai ulangan harian (UH), Nilai Ulangan Tengah Semester (UTS), dan nilai ulangan semester (US).

Ketiga hasil tersebut yang akan menjadi bukti otentik yaitu  hasil perkembangan pembelajaran seorang anak yang harus diinformasikan kepada orang tua siswa sebagai bentuk pertanggung jawaban sekolah yang diserahkan sebagai bentuk administrasi pembelajaran disekolah kepada orang tua siswa.

Substansi dari buku laporan hasil belajar ini adalah agar orang tua dapat melihat dan menganalisis hasil belajar anaknya selama tahapan belajar disekolah. Makna luas dari buku laporan ini tentu agar orang tua menerima masukan terhadap hasil belajar anaknya dilembaga pendidikan.

Tetapi akhir-akhir ini harapan guru terhadap makna dari penyerahan buku rapor ini agak sedikit terganggu dengan sikap orang tua terhadap hasil belajar setelah rapor dibagikan. Kesan yang muncul seakan-akan orang tua tidak begitu peduli terhadap maju mundurnya hasil belajar anaknya. Buku rapor hanya sebatas administrasi biasa sedangkan umpan balik terhadap sekolah tidak begitu signifikan.

Jika dibiarkan berlarut-larut tentu sikap apatis orang tua yang demikian dikuatirkan akan berpengaruh terhadap kualitas belajar anak yang selama ini menjadi harapan besar bagi kita semua. Guru tak mungkin berjalan sepihak tanpa adanya kerjasama yang apik antara kedua belah pihak.

Mensiasati permasalahan ini pihak sekolah juga menyadari bahwa selama ini mungkin saja sosialisasi terhadap bentuk penilaian yang kurang. lagipula penilaian sekarang memang agak berbeda dari kurikulum yang selama ini cukup familiar ditengah-tengah masyarakat yaitu secara umum orang tua dan masyarakat mengenal rentangan nilai 1 sampai 10, dimana nilai 1 s/d 5 dianggap gagal dan ditulis dengan tulisan merah, sedangkan kisaran 5 s/d 10 baru dianggap berhasil.

Tetapi pada kurikulum sekarang rentangan nilainya berkisar antara 1 sampai 100, dimana nilai yang harus diperoleh diberi batasan skala minimal yang populer dengan sebutan KKM, yang menarik disini adalah berapapun nilai yang diterima anak tidak ada dibedakan dengan warna tulisan merah atau warna tertentu.

Barangkali gaung penilaian pada waktu sekarang tidak begitu bergetar seperti anak mendapatkan nilai merah. Atau kurangnya sosialisasi yang diberikan sekolah sebagai pihak terkait agar penilaian ini tetap menjadi tujuan yang bermamfaat untuk kemajuan penidikan seorang anak.

Atau karena kesibukan yang semakin mendera bangsa ini, orang tua siswa hanya mempunyai waktu yang relatif singkat untuk mempelajari nilai anaknya. Maka menjadi kewajiban bagi sekolah untuk mengingatkan pentingnya hal ini pada orang tua siswa, agar tujuan penyerahan rapor ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

Guru disekolah perlu mencari celah dan membuat terobosan-terobosan yang cerdas agar harapan ini dapat terwujud. Salah satunya mungkin guru tidak hanya menyerahkan buku laporan saja, tetapi harus berusaha menerangkan sampai dimana pencapaian hasil belajar baru dicapai seorang anak.

Setelah buku rapor diserahkan guru menjelaskan kembali didepan kelas batasan nilai yang harus dicapai siswa, maka setiap mata pelajaran dar a sampai z dilihat guru bersama-sama dengan orang tua, sehingga orang tua dapat mengerti dan memahami dengan jelas hasil belajar yang elah dicapai anaknya.

Dengan demikian orang tua siswa tentu akan paham makna dari buku rapor, sehingga kedepan hasil tersebut dapat dijadikan sebagai bahan untuk mencari solusi terhadap kekurangan dan kelebihan pembelajaran anaknya masing-masing.

Tentu dengan cara demikian  pihak sekolah dapat memecahkan langsung proses belajar seorang anak, sehingga kerjasama antara sekolah dengan orang tua betul-betul berjalan dengan baik. Selamat mencoba ya…


0 Response to "Nilai Rapor Tak jadi Perhatian Lagi!, Karena Guru Kurang Sosialisasi atau Orang Tua Sudah Tak Peduli"

Posting Komentar