Masa pensiun sebagai akhir
pengabdian atau masa purna tugas bagi seorang Pegawai Negeri Sipi (PNS)
merupakan waktu yang selalu dinanti dan selalu didambakan. Karena keberhasilan
seorang pegawai dalam tugasnya jika tatkala mereka mampu menyelesaikan tugasnya
sampai masa akhir yang ditentukan.
Pak H.Aditya Warman sedang mengajari Siswa melukis (dok foto Fajar Literasi.com)
Sedangkan perjalanan sebuah
karier oleh seorang abdi negara merupakan proses panjang yang dilalui dengan
lika liku dan penuh dengan berbagai perjuangan dan tantangan. Dan setiap permasalahan
yang dihadapi tetap dijadikan sebagai pengalaman sehingga akan menambah wawasan
bagi abdi negara tersebut.
Mungkin berbeda dalam
menjalani masa pensiun berbeda dengan pendidik dan seorang guru, karena dalam menjalankan
tugas dan fungsinya sebagai seorang pendidik dan pengajar, tentu tak pernah ada
kata-kata selesai dan ada batasan tertentu dalam tugasnya. Karena sejalan
dengan substansi pekerjaannya yaitu mengajari dan mendidik manusia untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan.
Sedangkan kewajiban untuk menuntut
ilmu pengetahuan dan ilmu agama dalam ajaran Islam juga tak pernah ada
batasnya. Sebagaimana Firman Allah dalam Alqur’an yang maknanya “Tuntutlah ilmu itu semenjak lahir sampai meninggal
dunia”.
Begitu penting dan wajibnya
menuntut ilmu pengetahuan menurut agama Allah SWT maka, memberikan ilmu kepada
yang membutuhkan tentu merupakan kewajiban juga bagi seorang guru. Sehingga tak
ada alasan tertentu bagi guru jika ada orang yang minta diajari atau ditunjuki.
Sejalan dengan ketentuan
diatas, berukut akan kita ikuti cerita pak haji yang memiliki pekerjaan sebagai
guru, sebuah panggilan akrab yang ditujukan kepada Bapak H.Aditya Warman, Bapak
Lima orang anak ini adalah salah seorang guru yang mengajar mata pelajaran
keterampilan di SMPN 2 Lintau Buo.
Pak haji adalah salah satu
dari beberapa orang guru yang akan memasuki priode akhir purna tugas pada akhir
bulan ini, tetapi sebagai seorang guru yang mempunyai naluri kebapakan, maka
tak ada kata “saya akan pensiun” yang terucap dari dibibirnya jika ada anak
yang meminta bantuan padanya.
Memang benar seperti yang demikian, terlihat ketika Ragil Antolin,
seorang siswa kelas tujuh SMPN 2 Lintau Buo yang akan mengikuti lomba lukis
yang diadakan Dinas Pendidikan Kabupaten Tanah Datar beberapa hari yang lalu.
Tanpa diminta, Pak haji memberikan ilmunya dalam melukis sebuah objek terutama
pada tekhnik dasar untuk mewarnai sebuah
gambar.
Menurut pengamatan admin
ketika melihat pak haji mengajari anak tersebut, maka dengan penuh semangat dan
senang hati pak haji mengajari Ragil yaitu mulai dari cara membuat gambar,
mewarnai, sampai ukuran yang sesuai pada perbandingan dari objek gambar yang
dilukis. Sampai-sampai pak haji turun tangan dan memberikan contoh dalam
mewarnai sebuah gambar.
Tentunya cukuplah beralasan
memang, karena pak haji dulunya adalah seorang guru yang berlatar belakang seni
rupa di IKIP Padang pada 35 tahun yang lalu. Walaupun sekarang tak diajarkan secara
spesifik tentang ilmu seni rupa di SMP. meskipun begitu dengan senang hati pak
haji memberikan dan menularkan ilmu lukisnya ketika seorang siswa yang akan
mengikuti lomba memerlukan sentuhan tangan pak haji.
Memang benar kata sebuah
pepatah kuno yang sampai sekarang masih tetap dipakai yang menyebutkan bahwa “serahkanlah
segala sesuatunya pada ahlinya”, jadi jika seorang pakar atau ahlinya yang
mengurus suatu pekerjaan tentu hasilnya berbeda dengan pekerjaan yang dilakukan
tanpa ilmu dan ahli yang berkompenten.
Selamat pensiun dan terima
kasih ya pak haji, yang diakhir pengabdiannya masih sanggup memberikan yang
terbaik untuk siswa dan sekolah yang ditinggalkan. Sehingga ilmu yang
diberikanya tersebut akan menjadi ilmu yang berguna dan bermamfaat bagi anak
yang dibimbingnya.
Sebab jika seseorang memberikan
ilmu yang bermamfaat pada orang lain, maka dalam pandangan agama nilainya nanti akan menjadi
suatu amalan yang tak putus-putusnya walapun orang tersebut telah tiada atau
meninggal dunia.
Jadi walaupun kita bukan
berprofesi seoarang guru secara permanent, namun jika kita mampu memberikan
ilmu yang bernilai guna untuk orang lain maka, sebenarnya kita adalah juga merupakan
seorang guru, sebab makna guru secara luas adalah orang yang bisa mengajari, menunjuki,
melatih orang yang belum tahu menjadi tahu.
0 Response to "Torehan Tangan Pak Haji di Akhir Pengabdian"
Posting Komentar