‘Ekskul’ yang Berbuah Manis


Bila seorang petani bermaksud menanam lahannya, tentu sebelumnya mereka melakukan beberapa proses yang mesti dilewati, misalnya dimulai dari pengolahan tanah, pemilihan bibit yang baik, menyemai bibit, dan melakukan fase-fase tertentu agar kelak mendapatkan hasil panen dengan baik.

dokumen Fajar Literasi

Tak jarang dalam melalui proses tersebut petani menemui beberapa rintangan dan hambatan yang begitu banyak, sehingga membutuhkan kesabaran yang begitu besar, karena hal-hal yang tak terpikirkan sebelumnya akan muncul, yang kadang lebih komplit dari yang dibayangkan.

Walaupun melewati proses panjang yang berliku-liku, ternyata banyak juga petani yang berhasil, serta mampu menaklukan rintangan tersebut, bahkan jarang sekali kita mendengar keluhan yang keluar dari mulut seorang petani. Walau mereka sering gagal dalam usahanya itu, tetapi mereka akses lagi, tumbuh lagi, mereka tak mengenal lelah mereka tak putus asa, mereka ulangi lagi sampai keberhasilan dapat diraihnya.

Jika diperhatikan, yang sangat menonjol dari kisah petani diatas, yang menonjol adalah semangat juang tinggi, mereka pantang menyerah, ada karakter yang melekat pada diri petani itu, mereka melakukan usahanya dengan keyakinan dan semangat pantang mundur, penuh kesabaran, dan tak mudah putus asa.

Padahal banyak juga petani yang tertatih-tatih dalam mengusahakan agar bisa panen, tetapi bukti dari petani tak kenal putus asa, sampai hari ini kita masih mampu menikmati jerih payah petani yang tetap berjuang demi pengadaan sumber pangan atau makanan yang dinikmati banyak orang sampai saat ini.

Kalau kita pakai prinsip dari petani tersebut untuk mendidik anak-anak dilembaga pendidikan memang tak ada yang salah kan?. Jika pendidik menggunakan prinsip tersebut untuk melatih peserta didiknya, misalnya dilakukan dengan penuh kesabaran dan tidak mudah putus asa, maka mungkin hasil yang diharapkan akan dapat dicapai.

Prinsip petani diataslah yang diadopsi dan digunakan Pak Hary Delfingra, S.Pd, salah seorang guru Penjaskes yang bertugas sehari-hari di SMPN 2 Lintau Buo, Kabupaten Tanah datar. Latihan bola ini dirangkai pak Ary dalam kegiatan ekstra kurikuler sekolah dalam waktu yang cukup lama.

Menurut pengamatan Admin yang sehari-hari juga berprofesi sama dengan Pak Ary, dimana siswa sebelumnya mempunyai bakat dan kemampuan yang dibilang biasa-biasa saja, berkat tangan dingin Pak Hary Delfingra sekarang beberapa siswa tersebut mampu mengukir prestasi olahraga ditingkat Kabupaten Tanah Datar beberapa hari yang lalu.

Dimana seperti yang diberitakan admin Fajar Literasi sebelumnya bahwa tim GSI (Gala Siswa Indonesia) dari Kecamatan Lintau Buo telah berhasil mengukir prestasinya dengan menduduki posisi ketiga tingkat Kabupaten pada turnamen yang digelar secara nasional tersebut.

Memang belum sanggup mencapai juara pertama, tetapi menurut pengakuan Buk Titin Susilawati,S.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang baru saja menjabat, ketika melakukan wawancara dengan admin sejenak ketika menerima hadiah dari tim GSI tersebut,  “prestasi yang dicapai sekarang merupakan prestasi gemilang yang diperoleh dengan susah payah dan dengan usaha yang tak mudah”.

Sehingga apa yang dilakukan tim sepakbola ini tehadap sekolah merupakan usaha dan karya besar yang membuat kita semua terharu, sehingga dapat dijadikan cambuk, motivasi kedepan bagi sekolah untuk meningkatkan kwantitas serta kwalitas dari yang dilakukan sekolah selama ini, khususnya untuk meningkatkan program kegiatan ekstra kurikuler di sekolah ini.

Apalagi siswa yang tim yang mewakili GSI Kecamatan Lintau Buo ini, tanpa terpaksa, mereka menghadiahkan tropi dan Piagam Pengahargaan yang ditanda tangani Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Tanah Datar ini, merupakan suatu penghargaan yang sangat tinggi bagi SMPN 2 Lintau Buo yang telah lama tidak mendapatkan gelar diturnamen setingkat Kabupaten ini.

Terima kasih yang tak terhingga ya tim GSI Kecamatan Lintau Buo, yang telah berhasil mengharumkan nama sekolahnya ditingkat Kabupaten, dan hadiah yang diperolehnya ini, telah mampu menginspirasi semua pelajar di Kecamatan Lintau Buo, untuk mau berlatih dan memasyarakatkan olahraga bola kaki dalam kesehariaannya.

Sehingga dengan mengikuti latihan bola setelah sore hari sepulang kegiatan sekolah, maka kegiatan pelajar yang sebelumnya banyak digunakan untuk kegiatan yang kurang bermamfaat, sekarang malah tersruktur dan dengan program yang jelas.

Sehingga orang tua siswa dan sekolah tak perlu ragu lagi, memikirkan anaknya yang selama ini bermain games di internet, kebut-kebutan dijalan, duduk-duduk berkumpul dengan komunitasnya, sekarang beralih kelapangan sepakbola diwaktu sorenya.



1 Response to "‘Ekskul’ yang Berbuah Manis"

  1. Makin mantap SMPN 2 Lintau Buo sekarang, Pak Guru. Salam Literasi.

    BalasHapus