Sangat singkat terasa, walaupun
sudah sehari penuh kaki kami menginjakkan kaki dikawasan wisata mandeh yang
terletak dinagari Tarusan, Kabupaten Pesisir
Selatan, Sumatera Barat.
dokumen Foto Fajar Literasi
Suatu kawasan wisata bahari
yang menyuguhkan pemandangan asri nan elok untuk mengobati hati dan jiwa yang
suntuk setelah melakukan pekerjaan. Keramahan alam mandeh membuat jiwa dan hati
semakin terbelenggu dan tak mau pergi dari tempat ini.
Walau gerakan jarum detik
berubah mejdi hitungan menit, menit tanpa terasa berganti bilangan jam, sampai
sehari penuh kami berada dikawasan wisata mandeh, tetapi berjalannya waktu
begitu lama, hanya terasa begitu singkat karena magnet mandeh yang begitu kuat
menarik hati kami.
Tak banyak yang dapat
diucapkan lidah, ketika pandangan mata dimanjakan oleh pemandangan alam yang
mempesona, sehingga diperasaan hati dan jiwa hanya mampu mengucapkan rasa
syukur karena telah merasakan kebesaran Allah SWT, yang disuguhkan lewat pemandangan
alam dan tenangnya ombak serta pasir putih yang terdapat dikawasan wisata
mandeh.
Gambaran perasaan yang tak
bisa dilukiskan, tetapi hanya mampu dirasakan lewat kebenaran hati bahwa tempat
ini memang sangat indah, lokasi wisata yang sangat ideal dan begitu sempurna
untuk mengobati hati nan gundah sebelumnya.
Perjalanan panjang yang
dimulai dari Lintau,Kecamatan Lintau Buo, Kabupaten Tanah Datar ini, menyisakan
suatu sejarah bagi segenap karyawan dan guru-guru SMP Negeri 2 Lintau Buo, yang
selama ini sibuk dengan tugas harian disekolah.
Dikala mobil pariwisata
mulai mengepulkan asap knlpotnya, pertanda mesin telah berfingsi dengan baik
dan maksimal, semua peserta wisata mulai merasakan ketenangan hati untuk
membayangkan indahnya wisata mandeh yang selama ini hanya kami nikmati melalui
sorotan traveler di sosial media.
Ternyata kebenaran kabar
tersebut memang adanya, bahwa kawasan mandeh benar-benar mampu memanjakan
selera mata dan hati tentang kebutuhan pariwisata pada saat ini. Perjalanan
ratusan kilometer tanpa terasa ketika mulai menikmati keindahan alam mandeh
yang digambarkan traveler sebagai raja ampatnya di pulau Sumatera.
Dermaga pelabuhan Tarusan
nan elok seakan membius hati kami untuk berbalik lagi disuatu hari, karena memang
tak puas rasanya waktu sehari untuk menikmati ombak tenang, serta keramahan
seorang Ambun yang telah membawa kami mengarungi lautan dengan ombak tenang,
setenang hati kami melihat alam mandeh yang bersahabat.
"Mandeh" kami berjanji
padamu, “bahwa kami akan datang lagi kesini’, jika Allah mengizinkan kita untuk bertemu lagi, walau hari ini kaki kami begitu
berat meninggalkan dirimu, tetapi karena tugas yang berat telah menanti, senyuman
dan tingkah laku peserta didik telah menunggu kami besoknya di SMPN 2 Lintau.
0 Response to "Berat Langkah Kami Meninggalkan ‘Mandeh’"
Posting Komentar