Sekolah Ibarat Pasar

Dahulu jika seseorang ingin belanja barang kebutuhan sehari-hari mungkin tidak memperhatikan keadaan pasar tempat mereka berbelanja. Pokoknya asal dekat, maka barang yang dibutuhkannya langsung dibeli sesuai dengan budget yang dimiliki.

dokumen Foto diambil dari Internet

Orang tidak melihat pelayanan, tempat berbelanja, apalagi apa yang disebut dengan kualitas atau mutu dari barang yang dibelinya, yang penting barang tersebut dapat memenuhi kebutuhannya.

Lambat laun konsep dan pemikiran orang jadi berubah drastis. Terlihat dari cara berbelanjanya zaman dulu yang begitu sederhana, sekarang berubah pola, gaya dan karakternya menjadi semakin selektif,  yang lebih mengedepankan atau mengutamakan kualitas, mutu, dan berbagai layanan prima yang diinginkan pembeli.

Akibatnya pasar tradisional yang menampilkan kesan seadanya, kini digantikan oleh keberadaan pasar modern yang mengutamakan layanan, dan menjajakan barangnya dengan tampilan yang menarik serta fasilitas yang bersih, nyaman, dan memanjakan pembeli.

Tempat belanja yang dahulunya becek dikala hujan,sekarang tak ditemui lagi,hawa panas yang bikin gerah karena teriknya sinar matahari,  digantikan oleh pendingin ruangan, dan pembeli yang berdesak-desakan seakan tak terlihat lagi. Semuanya itu disediakan hanya semata-mata untuk menarik minat pengunjung untuk selalu datang ketempat tersebut.

Segalanya pun berubah, pasar tradisional yang dulunya ramai sekarang ditinggalkan konsumennya. Sedangkan pasar modern semakin berkembang dan diminati, walau menawarkan barang dengan harga tinggi jika dibandingkan dengan harga pada pasar tradisional, orang akan tetap datang untuk berbelanja karena apa yang diharapkannya dapat terpenuhi disini.

Bergesernya pandangan dan perilaku masyarakat akhirnya juga merambah pada dunia pendidikan. Jika dahulunya masyarakat dan orang tua tidak mempermasalahkan dan memperdebatkan kualitas dan mutu yang dihasilkan dari sebuah sekolah. terutama dalam hal membina anak, sekarang malahan dijadikan alasan nomor satu untuk memilih sebuah sekolah.

Sang buah hati yang disayangi dan dicintainya diarahkan untuk dapat melanjutkan kesekolah yang dianggap mampu memenuhi kriteria yang diinginkan. Seakan jarak dari tempat tinggal anak kesekolah tidak diperhatikan lagi, yang penting anaknya masuk kesekolah yang punya kualitas baik dan mumpuni.

Pandangan orang tua yang demikian tentu sangat berpengaruh pada sekolah yang dalam tanda kutip sekolah yang berada pada level biasa-biasa saja. atau sekolah yang terus menjalankan fungsinya dengan management  lama yang tidak peka terhadap selera pasar, akhirnya bernasib sama dengan pasar tradisional tadi. Akibatnya sekolah tersebut tidak dilirik lagi sehingga berakibat kekurangan murid.

Padahal untuk keberlangsungan sebuah sekolah agar mampu berkegiatan secara optimal paling tidak harus memiliki murid yang relatif banyak, sebab berpengaruh terhadap jumlah BOS yang diterima sekolah. Apalagi kondisi masyarakat yang kurang peduli terhadap keberadaan lingkungan sekolah.

Akhirnya persoalan demi persoalan baru pun muncul. Terutama jika kita lihat dari segi dan upaya peningkatan mutu, sangat mustahil sekali jika kondisi dengan peserta didik yang apa adanya, tak mungkin berharap banyak dapat meningkatkan mutu dan kualitas sebuah sekolah.

Karena peserta didik yang bernilai bagus pada tingkatan sebelumnya biasanya telah memilih dan masuk kesekolah favorit yang dianggap bermutu tadi. yaitu sekolah yang mampu menciptakan nilai rata-rata yang tinggi diakhir tahun pembelajaran. Atau sekolah yang sanggup meraih berbagai macam prestasi.

Alasan orang tua dan anak tentu sangat masuk akal sekali, sebab untuk melanjutkan kesekolah berikutnya tentu peserta didik yang berprestasi dan bernilai baguslah yang akan mudah masuk dan dapat diterima di sekolah favorit.

Jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi tersebut tentu dapat berakibat juga terhadap keberlangsungan sekolah dan pendidikan dinegara ini. beberapa persoalan seperti kelebihan dan kekurangan guru disuatu tempat tentu akan terus muncul dipermukaan.

Kesenjangan dan perbedaan antara sekolah yang ada, tentu akan semakin tampak jelas,yang pada akhirnya melahirkan pandangan kurang baik tentang pendidikan. umpamanya ada sekolah yang ramai peserta didiknya, dan sebaliknya terdapat ada sekolah yang siswanya hanya beberapa orang saja.

Walau saat ini pihak yang berkopenten dalam pendidikan telah berusaha mengatur pemerataan murid dengan sistem zonasi, dimana peserta didik yang diterima disuatu sekolah harus berdasarkan kriteria yang dibuat, salah satunya dengan melihat jarak sekolah dengan tempat tinggal orang tua murid.

Tetapi kebijakan tersebut belum sepenuhnya dapat menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan berbagai cara dilakukan orang tua untuk mendapatkan sekolah yang bermutu. Misalnya dengan menyekolahkan anaknya sejak dini ditempat atau daerah zonasi dan rayonisasi sekolah yang ditetapkan.

Terlebih bagi sekolah-sekolah yang berada didaerah yang berbatasan langsung dan dekat dengan perkotaan, maka tak ada alasan pemangku kebijakan untuk melarang orang tua dan masyarakat untuk menyekolahkan anaknya ke perkotaan yang sekolahnya sangat diminati.

Tentu kita semua tak mungkin mencari siapa yang benar dan yang patut dipersalahkan dalam hal ini. Intinya adalah pendidikan dinegara ini harus tetap dikembangkan. Hanya dengan pendidikan yang memadai, negara ini akan dapat maju dan sejajar dengan negara-negara lain didunia.

Solusi yang paling tepat untuk menyelesaikan persoalan ini adalah, setiap sekolah harus mampu bersaing untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolahnya. Para pendidik harus bekerjasama, bergandengan tangan dan tetap berusaha untuk meningkatkan prestasi ditempat dia mengajar.

Apalagi momentum yang rasanya sangat tepat pada saat ini, dimana sebentar lagi sekolah-sekolah akan memasuki tahun pelajaran yang baru. Dengan demikian diawal-awal tahun setiap sekolah tentu telah memiliki program strategis yang dapat memajukan sekolahnya.

Sebab orang tua dan masyarakat tentu akan memasukan anaknya kesekolah yang dianggap layak sebagai tempat mengembangkan pendidikan anaknya. Orang tua tentu tidak mempersoalkan biaya tinggi dan mahal yang dikeluarkan, demi mendapatkan sekolah yang bermutu. 

Jadi sekolah tentu diibaratkan sebuah pasar yang akan dikunjungi oleh pembelinya. Hanya pasar yang mampu menyiapkan strategi, berkualitas dan mampu memberikan pelayanan yang baiklah yang akan dipilh orang.

0 Response to "Sekolah Ibarat Pasar"

Posting Komentar