Menumbuhkan Jiwa Kompetitif


 “Nak, kau ingin jadi rebung saja, atau ingin lanjut  menjadi bambu? Kalau engkau hanya ingin sebagai rebung, hidupmu akan berakhir dalam kuali. Engkau hanya berteman dengan daging sapi atau  daging kambing. Sesekali engkau digantikan oleh cempedak muda”

dokumen Foto Fajar Literasi

 “Jika engkau ingin menjadi bambu, kamu dapat menjadi apa saja yang engkau inginkan. Banyak peran yang dapat kamu mainkan. Ingin jadi kursi, boleh. Ingin jadi jembatan, bisa. Ingin jadi tiang rumah,  hiasan dinding, tak masalah. Mau jadi  anyaman, tidak ada halangan.“ 

Begitu harapan orang tua kita dulu terhadap anaknya.  Sekarang pun kita berharap anak demikian.  Semua orang tua pasti menginginkan anaknya eksis, mampu berperan dalam berbagai kegiatan. Bisa atau tidaknya anak berperan secara maksimal, sangat tergantung kepada kapasitas anak yang bersangkutan. Oleh sebab itu, sudah semestinya kita membekali anak dengan berbagai bekal yang sangat bermanfaat dalam kehidupannya kelak.

Kita sangat mendambakan  anak-anak yang mampu berpikir, memiliki hati yang selalu berzikir, dan memiliki tangan yang terampil. Orang tua mana yang tidak bangga bila anak memiliki kapasitas yang handal. Setiap orang tua pasti  mendambakan anak-anaknya hebat. Akan tetapi, kehebatan itu tidak datang dengan sendirinya. Kehebatan itu harus diraih dengan usaha yang konkret sehingga benar-benar  nyata adanya.

Ketiga komponen di atas hendaklah dibangun secara sinergis dan proporsional. Hati yang berzikir akan mampu mengendalikan otak yang berpikir sehingga pemikirannya tetap berada dalam koridor kebenaran. Hati yang berzikir mampu mengarahkan tangan yang terampil sehingga tidak menimbulkan kerusakan. 

Tangan yang terampil akan menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat bila dibarengi dengan kemampuan berpikir yang baik. Karena itu, pembinaan dan pengembangan kapasitas anak perlu menjadi perhatian kita bersama, baik di sekolah maupun di rumah.

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, tuntutan dan harapan masyarakat  merupakan tantangan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Proses pembelajaran yang bermutu dan menghasilkan lulusan yang berwawasan luas, professional, unggul, berpandangan jauh ke depan (visioner), memiliki percaya dan harga diri yang tinggi, merupakan harapan kita semua.

Untuk mewujudkan harapan  di atas, diperlukan strategi yang tepat, di antaranya adalah bagaimana strategi mengembangkan kompetensi siswa berdasarkan kemampuan, sikap, sifat serta tingkah laku siswa sehingga membuat siswa menyenangi proses pembelajaran. Karena itu, pembelajaran yang aspiratif dan inspiratif menjadi pilihan kita dalam meningkatkan hasil pembelajaran.

Penyelenggaraan pendidikan yang aspiratif dan inspiratif tidak hanya melahirkan anak-anak yang cerdas, tetapi juga memiliki integritas yang baik. Selain itu, diharapkan akan muncul anak-anak yang memiliki jiwa kompetitif. Anak-anak yang kompetitif   memiliki semangat dan daya juang tinggi untuk meraih suatu keberhasilan.

Untuk mewujudkan peserta didik yang kompetitif, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah menyediakan wadah pembinaan melalui kegiatan Festival Lemba Seni Siswa nasional (FLS2N), Olimpiade Sains Nasional (OSN), dan Olimpiade Olah Raga Nasional (O2SN), Lomba Penelitian Ilmiah remaja dan Lomba Karya Ilmiah Remaja, dan sebagainya.

Persoalan utama adalah sejauhmana sekolah mersespon  event yang disediakan. Apakah sekolah merespon secara maksimal atau tidak. Apakah sekolah memilik program yang jelas untuk menghadapi lomba tersebut atau tidak. Dengan kegiatan yang terprogram dan pembinaan yang kontiniu, persiapan peserta didik untuk bertanding dan berlomba akan matang. Dengan demikian, peserta didik benar-benar  siap untuk berkompetisi, baik fisik maupun mentalnya.

Menumbuhkan jiwa kompetitif dalam diri peserta didik di sekolah melalui berbagai latihan dan kompetisi  adalah sangat penting. Pembinaan yang serius dari sekolah akan menghasilkan peserta didik yang memiliki semangat bersaing secara sehat dan memiliki jiwa survive.

Menurut Charles Darwin, bukan orang yang paling pintar dan bukan pula orang yang paling kuat yang dapat survive (bertahan), tetapi orang yang paling bisa beradaptasi dengan situasi yang berkembang. 

Kemampuan survive tersebut perlu dilatih dan dikembangkan pada diri anak. Anak akan memiliki kemampuan  bertahan dalam menghadapi berbagai situasi yang sulit. Selain itu, anak juga akan mampu mengikuti  persaingan yang ketat secara sehat di masa datang. Semoga!

0 Response to "Menumbuhkan Jiwa Kompetitif"

Posting Komentar