Jika kita membicarakan seni bela Diri yang tumbuh dan berakar dari budaya bangsa sendiri terutama yang menyangkut seni bela diri persilatan, tentu ingatan kita langsung pada sebuah aliran silat yang masih populer dan terus berkembang sampai saat ini yaitu "Aliran Silek Lintau".
Surya Tasya Sasmita dan Yunita Sofiana Putri anggota Pencak Silat Tangkap Gulung Ular ( Lintau )
Memang tidak begitu pasti diketahui sejarah kapan pertama kali dikenal dan bila lahirnya aliran Silek Lintau ini, tetapi ditengah masyarakat Sumatera Barat sendiri khususnya masyarakat yang tinggal di Kabupaten Tanah Datar ungkapan Silek Lintau sudah cukup familier ditelinga masyarakat, tetap dikenal karena sering dibicarakan pada setiap kesempatan.
Aliran Silek Lintau ini adalah sebuah warisan budaya dari nenek moyang terdahulu yang akar budayanya selaras dengan Ajaran Agama Islam yang merupakan Agamanya orang Minangkabau. Hal ini sangat sesuai dengan filosofi masyarakat minang sebagai "Adat Basandi Syarak dan Syarak Basandi Kitabullah".
Dilihat dari kostum dan busana yang dipakai para pendekar atau pesilat terlihat tidak berbeda dengan pakaiannya umat Islam pada dasarnya, yaitu memakai baju dengan lengan panjang, celana panjang, dan memakai tutup kepala. Dari pakaiannya saja terlihat bahwa para pesilat ini tunduk dan taat dengan ajaran agama yang dianutnya.
Begitu juga dengan sifat para pendekar, dia tidak akan mengganggu jika tidak diganggu, seorang pendekar (pesilat) tidak akan memamerkan kepandaian yang dipunyainya, pesilat memiliki keperibadian tangguh, setangguh dia menghadapi lawannya diarena atau Galanggang.
Konon dahulunya guru silek yang akan menerima muridnya untuk belajar silek (silat) faktor utama yang menjadi syarat utama adalah apakah calon muridnya itu taat kepada ajaran agamanya. Apakah calon muridnya pandai baca Alquran dan tidak meninggalkan sholat lima waktu. Sehingga setelah menjadi pendekar kelak diibaratkan dengan "Diberi Pisau Bukanlah Untuk Melukai Orang lain.
Hebat betul filosofi tentang silat Minangkau pada umumnya dan Silek Lintau pada khususnya, sehingga sampai saat ini Silek Lintau tetap menjadi pemilik dirumahnya sendiri. Para orang tua di Minangkabau tidak ragu lagi mengarahkan anaknya agar mau belajar silek (silat). Sehingga makin banyak ditemui lagi sasana silat ditiap nagari bahkan jorong pada pada masa mendatang.
0 Response to "Silek (Silat) Lintau Makin Jadi Idola dan Digandrungi Generasi Muda di Tempat Asalnya"
Posting Komentar